Assalamualaikum sahabat @7x, kita lanjutkan mengambil hikmah dari kata kata bijak yang tertulis dibawah ini :
“Nasehat itu mudah, yang sulit ialah menerimanya, karena ia pahit terasa
pada si hamba hawa nafsu, sebab barang yang terlarang sangat disukainya.”
(Imam Al Ghazali)
“Jadikanlah “kemauan yang bersungguh-sungguh” itu menjadi mahkota roh,
“kekalahan” menjadi belenggu nafsu dan “mati” menjadi pakaian badan, karena yang akan menjadi tempat tinggalmu adalah kubur, dan ahli kubur setiap saat menunggu, bilakah engkau akan sampai kepada mereka.”
(Imam Al Ghazali)
”Inti sari ilmu yang sebenarnya ialah mengetahui sedalam-dalamnya apa
arti taat dan ibadah.“ (Imam Al Ghazali)
“Lidah yang lepas dan hati yang tertutup dan penuh dengan kelalaian itu alamat kemalangan besar.” (Imam Al Ghazali)
“Jika nafsu itu tidak engkau kalahkan dengan jihad yang bersungguh-sungguh, maka sekali-kali hatimu tidak akan hidup dengan ber ma’rifat.” (Imam Al Ghazali)
“Jika sekiranya sekadar ilmu saja sudah memadai bagimu, dan tidak ada lagi hajatmu kepada amal di belakang itu, tentulah seruan dari sisi Allah yang berbunyi : “Apakah ada yang memohon? Apakah ada yang meminta
ampun? Dan apakah ada yang bertaubat?” itu akan percuma saja, tidak ada gunanya.”
(Imam Al Ghazali)
“Janganlah engkau meyimpan harta benda melebihi dari apa yang dibutuhkan. Rasulullah saw. bersabda: “Ya Allah, jadikanlah rizki keluarga Muhammad itu sekadar untuk mencukupi kebutuhan.”
(Imam Al Ghazali)
“Ilmu yang tidak disertai dengan amal itu namanya gila dan amal yang tidak disertai ilmu itu akan sia-sia.” (Imam Al Ghazali)
“Sesungguhnya kebahagiaan, kesenangan, dan kenikmatan sesuatu bergantung
pada keadaan dasarnya. Keadaan dasar sesuatu adalah menyangkut untuk apa
ia diciptakan. Oleh karena itu, kenikmatan mata adalah dengan melihat yang indah-indah. Kenikmatan telinga adalah dengan mendengar suara-suara merdu. Begitulah seterusnya untuk anggota badan lainnya.
Namun, khusus berkaitan dengan hati, kenikmatannya hanyalah manakala ia dapat mengenal Allah swt., karena hati diciptakan untuk itu. Jika manusia mengetahui
apa yang tidak diketahuinya, maka senanglah ia. Begitu juga dengan hati.
Manakala hati mengenal Allah swt., maka senanglah ia, dan ia tidak sabar untuk ‘menyaksikan-Nya’. Tidak ada yang maujud yang lebih mulia dibanding Allah, karena setiap kemuliaan adalah dengan-Nya dan berasal dari-Nya. Setiap ketinggian ilmu adalah jejak yang dibuat-Nya, dan tidak ada pengetahuan yang lebih digdaya dibanding pengetahuan tentang diri-Nya.”
(Imam Al Ghazali)
“Janganlah kamu menjadi muflis dari sudut amalan dan jangan jadikan dirimu itu kosong daripada perkara yang berfaedah. Yakinlah semata- mata dengan memiliki ilmu belum tentu bisa menjamin keselamatan di akhirat
kelak.” (Imam Al Ghazali)
“Ilmu itu kehidupan hati daripada kebutaan, sinar penglihatan daripada kezaliman dan tenaga badan daripada kelemahan.”
(Imam Al Ghazali)
“Yang paling besar di bumi ini bukan gunung dan lautan, melainkan hawa nafsu yang jika gagal dikendalikan maka kita akan menjadi penghuni neraka.” (Imam Al Ghazali)
Terimalah alasan yang benar, sekalipun itu dari pihak lawan
Jangan segan-segan kembali kepada yang benar, manakala terlanjur salah dalam memberikan keterangan
Hendaklah seseorang menerima masalah-masalah yang dikemukakan oleh muridnya.
Berikan contoh dan teladan yang baik kepada murid dengan melaksanakan perintah agama dan meninggalkan larangan agama, agar demikian apa yang engkau katakan mudah diterima dan diamalkan oleh murid.
Dengarkan dan perhatikan segala yang dikatakan oleh ibu-bapak-mu, selama
itu masih dalam batas-batas agama.
Selalulah berusaha mencari keridhaan orang tuamu.
Bersikaplah sopan-santun, ramah-tamah dan merendah diri terhadap orang tuamu.
Bila mencari teman untuk mencapai kebahagian akhirat, maka perhatikanlah
benar-benar urusan agamanya. Dan bila mencari teman untuk keperluan duniawi, maka perhatikanlah ia tentang kebaikan budi pekertinya.
Sabar dan tabahlah dalam menghadapi segala persoalan.
Besikaplah lemah-lembut dan sopan-santun dengan menundukkan kepala.
Janganlah sombong terhadap sesama mahluk, kecuali terhadap mereka yang
zalim.
Bersikap tawadhulah dalam segala bidang pergaulan.
Janganlah suka bergurau dan bercanda
Bersikap lemah-lembut terhadap murid dan hendaklah dapat menyesuaikan diri atau mengukur kemampuan murid.
Hendaklah sabar dan teliti dalam mendidik muridnya yang kurang cerdas.
Jangan berkeberatan menjawab: “aku kurang mengerti”, jika memang belum mampu menjawab sesuatu masalah.
Pusatkanlah perhatian kepada murid yang sedang bertanya, dan pahamilah benar isi pertanyaanya.
Cepat-cepatlah memenuhi panggilan agama.
Jauhilah larangan-larangan agama.
Janganlah menentang terhadap takdir Allah SWT.
Berpikirlah selalu tentang nikmat-nikmat dan keagungan-Nya.
Menangkanlah yang hak dan gugurkanlah yang batil.
Begadang mata untuk kepentingan selain Wajah-Mu adalah sia-sia. Dan tangisan mereka untuk sesuatu yang hilang selain-Mu adalah kebatilan, dan hiduplah sesukamu karena toh kamu ‘pasti’ akan mati juga.
Cintailah orang sesukamu sebab kamu toh akan berpisah dengannya, dan
berbuatlah sesukamu karena sesungguhnya kamu ‘pasti’ akan menuai ganjarannya.
Rendahkanlah hatimu kepada Allah SWT.
Sesalilah segala perbuatan yang tercela dan merasa malulah dihadapan Allah SWT.
Hindarilah segala tipu-daya yang tidak terpuji dalam mencari nafkah, dengan penuh keyakinan bahwa Allah SWT selalu melimpahkan karunia-Nya, disegala usaha kebaikan apapun sertailah dengan tawakal kepada-Nya.
“Sekalipun kamu belajar selama 100 tahun dan mengumpulkan 1000 kitab, kamu tidak akan mendapatkan rahmat Allah tanpa beramal : “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya.” (QS. An-Najm [53] : 39)
“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.”
(QS. Al-Kahfi [18] : 110)
”Siapa yang menghendaki kehidupan dunia, maka harus disertai dengan ilmu. Dan siapa yang menghendaki kehidupan akhirat, juga harus dengan ilmu.“ (Imam Syafi’i)
“Kaji dan dalamilah sebelum engkau menduduki jabatan, karena kalau engkau telah mendudukinya, maka tidak ada kesempatan bagimu untuk mengkaji dan mendalaminya.” (Imam Syafi’i)
”Pekerjaan terberat itu ada tiga: Sikap dermawan di saat dalam keadaan sempit, Menjauhi dosa di kala sendiri, Berkata benar di hadapan orang yang ditakuti.“
(Imam Syafi’i)
“Kebaikan itu ada di lima perkara: kekayaan hati, bersabar atas kejelekan orang lain, mengais rezeki yang halal, taqwa, dan yakin akan janji Allah Swt.” (Imam Syafi’i)
”Pilar kepemimpinan itu ada lima : perkataan yang benar, menyimpan rahasia, menepati janji, senantiasa memberi nasehat dan menunaikan amanah.“ (Imam Syafi’i)
“Orang yang mengkaji ilmu faraid, dan sampai pada puncaknya, maka akan tampil sebagai sosok orang yang ahli berhitung. Adapun ilmu hadits, itu akan tampak nilai keberkahan dan kebaikannya pada saat tutup usia. Adapun ilmu fiqih, itu merupakan ilmu yang berlaku untuk semua kalangan baik muda maupun yang tua, karena fiqih merupakan dasar dari segala ilmu.”
(Imam Syafi’i)
”Andaikan aku ditakdirkan mampu menyuapkan ilmu kepadamu, pasti kusuapi
engkau dengan ilmu.“ (Imam Syafi’i)
“Barangsiapa mengaku dapat menggabungkan dua cinta dalam hatinya, cinta kepada dunia dan sekaligus cinta kepada Allah, maka dia telah berdusta.”
(Imam Syafi’i)
“Jika ada seorang yang ingin menjual dunia ini kepadaku dengan nilai harga sekeping roti, niscaya aku tidak akan membelinya.”
(Imam Syafi’i)
“Kulupakan dadaku dan kubelenggu penyakit tamakku, karena aku sadar bahwa sifat tamak bisa melahirkan kehinaan.” (Imam Syafi’i)
“Orang-orang yang sehari-harinya hanya sibuk mencari uang untuk kesejahteraan keluarganya, maka mustahil ia mendapat ilmu pengetahuan.” (Imam Syafi’í)
“Jika kamu tidak tahan terhadap penatnya belajar, maka kamu akan menanggung -bahayanya- kebodohan.” (Imam Syafi’i)
“Berapa banyak manusia yang masih hidup dalam kelalaian?, sedangkan kain kafannya sedang di tenun.” (Imam Syafi’i)
“Orang yang berilmu dan beradab, tidak akan diam di kampung halaman, tinggalkan negerimu, merantaulah ke negeri orang.”
(Imam Syafi’i)
“Betapa aku senang, jika semua ilmu yang aku ketahui dimengerti oleh semua orang, maka dengannya aku mendapat pahala, meskipun mereka tidak memujiku.”
(Imam Syafi’i)
“Jangan mencintai orang yang tidak mencintai Allah. Kalau dia berani meninggalkan Allah, apalagi meninggalkan kamu.” (Imam Syafi’i)
“Banyak orang yang mengatakan: mencintai wanita itu sangat menyiksa. Tapi, sebenarnya yang sangat menyiksa itu adalah mencintai orang yang tidak mencintaimu.”
(Imam Syafi’i)
“Faqih itu adalah orang yang faqih dengan perbuatannya, bukan faqih dengan kata-kata dan ucapannya.” (Imam Syafi’i)
“Engkau takkan mampu menyenangkan semua orang. Karena itu, cukup bagimu memperbaiki hubunganmu dengan Allah, dan jangan terlalu peduli dengan penilaian manusia.” (Imam Syafi’i)
“Sebagaimana Tuhanmu telah mencukupkan rezekimu di hari kemarin, maka jangan khawatirkan rezekimu untuk esok hari.” (Imam Syafi’i)
“Jika semua orang menjauh ketika engkau mendapat kesulitan, maka ketahuilah bahwa Allah Swt ingin membuatmu kuat dan Ia akan menjadi penolongmu.” (Imam Syafi’i)
“Biarlah mereka bersikap bodoh dan menghina, dan tetaplah kita bersikap
santun. Gaharu akan semakin wangi ketika disulut api.” (Imam Syafi’i)
“Silahkan hina diriku sepuas kalian, aku akan tetap diam saja. Bukannya aku tidak punya jawaban, tapi singa selalu tidak akan membalas gonggongan anjing.”
(Imam Syafi’i)
“Banyak orang yang telah meninggal, tapi nama baik mereka tetap kekal.
Dan banyak orang yang masih hidup, tapi seakan mereka orang mati yang
tak berguna.” (Imam Syafi’i)
“Kemuliaan diri (marwah) itu rukunnya ada 4: Akhlak yang baik, dermawan, rendah hati dan taat beribadah.” (Imam Syafi’i)
“Do’a di saat tahajud adalah umpama busur panah yang melesat tepat mengenai sasaran.” (Imam Syafi’i)
“Kamu seorang manusia yang dijadikan dari tanah dan kamu juga akan disakiti (dihimpit) dengan tanah.” (Imam Syafi’i)
“Perbanyakkan menyebut Allah daripada menyebut makhluk . Perbanyakkan
menyebut akhirat daripada menyebut dunia.” (Imam Syafi’i)
”Ilmu itu bukan yang dihafal tetapi yang memberi manfa’at.“ (Imam Syafi’i)
“Barangsiapa yang menasehatimu dengan cara sembunyi-sembunyi maka ia
benar-benar menasehatimu. Kemudian barangsiapa yang menasehatimu dihadapan orang banyak, ia sebenarnya menghinamu.”
(Imam Syafi’i)
“Dosa-dosa-ku kelihatan terlalu besar buatku, tapi setelah kubandingkan dengan keampunan-Mu, ternyata keampunan-Mu jauh lebih besar.” (Imam Syafi’i)
“Bumi Allah amatlah luas namun suatu saat apabila takdir sudah datang angkasapun serasa sempit.” (Imam Syafi’i)
“Jadikan akhirat di hatimu, dunia di tanganmu, dan kematian di pelupuk
matamu.” (Imam Syafi’i)
“Sebesar-besar aib (keburukan) adalah kamu mengira keburukan orang lain sedangkan keburukan itu terdapat dalam diri kamu sendiri.” (Imam Syafi’i)
“Aku mampu berhujah dengan 10 orang berilmu, tapi aku akan kalah pada 1 orang yang jahil karena ia tidak tahu akan landasan ilmu.” (Imam Syafi’i)
“Ilmu itu seperti air. Jika ia tidak bergerak: maka ia akan menjadi keruh lalu membusuk.”
(Imam Syafi’i)
“Menghindarkan telinga dari mendengar hal-hal yang tidak baik merupakan suatu keharusan, sebagaimana seseorang mensucikan tutur katanya dari ungkapan buruk.” (Imam Syafi’i)
“Kesabaran adalah akhlak mulia, yang dengannya setiap orang dapat menghalau segala rintangan.” (Imam Syafi’i)
Bersambung...
0 Komentar